adsense

Berita di atas Motor



“Way, kok belok ke kanan, ke kiri dong.” Mendengar tegoran tersebut, seketika saya langsung tersadar dari lamunan dan langsung membelokkan laju motor ke arah kiri. “Lupa yah, jalannya atau gimana,” tanya istri saya melanjutkan keheranannya.Tak mau berbohong, akhirnya saya menjawab keheranan dia. Sebab, kalau tidak dijawab juga, mungkin dia akan terus merepet-repet terus. “Enggak, tadi lagi ngelamun mikirin berita aja,” kata saya jujur.Rupanya, jawaban ini bukan jawaban yang terbaik dari saya. Mendengarnya, ia malah marah-marah lagi.
          “Ngapain sih kamu mikirin kayak gitu di motor. Bikin celaka tahu, jangan lagi-lagi yah,” ucap istri saya dengan sangat cepat, mungkin mengalahkan kecepatan motor saya yang makin lama makin butut itu.“Iya-iya, enggak lagi deh, tapi gimana udah kebiasaan dari dulu,” kata saya berusaha membela diri. Sebenarnya, kebiasaan ini bukan milik saya pribadi. Mungkin, seluruh wartawan yang ada, sering melakukan kebiasaan ini. Di kejar-kejar deadline, membuat mereka memikirkan berita kapan saja dan di mana saja. Di bus, motor, atau mobil pribadi. Setiap saat dan setiap waktu yang dipikirkan adalah bagaimana menulis berita yang layak naik cetak.Kebiasaan ini, saya duga, sudah ada sejak menjadi wartawan. Saya sendiri sudah didoktrin untuk melakukan hal seperti ini. Ketika di jalan mencari berita, menuju kantor, hingga pulang harus tetap memikirkan bagaimana mencari berita, menemukan gaya penulisan, mencari sudut yang menarik, hingga bagaimana menulisnya.
           “Wartawan yang baik itu adalah wartawan yang mulai memikirkan bagaimana menulis beritanya sebaik mungkin,ketika mencari berita, sebelum datang ke kantor juga waktu pulang buat nyari berita besok. Kalau bisa di atas motor semuanya udah langsung dipikirin,” kata bos saya di kantor dulu, Zaenudin HM.Disadari atau tidak ucapan itu berpengaruh banyak kepada saya. Pikiran untuk menulis sebaik mungkin sudah langsung muncul ketika saya menerima berita. Jika berita yang didapat sama sekali kurang menarik, otak pun semakin keras diputar.“Waduh, gimana caranya nih biar bisa masuk ke koran,” pikir saya dalam hati setiap kali mendapatkan berita yang menurut saya kurang menarik.Bagi wartawan, berita yang masuk ke koran, merupakan kebanggaan tersendiri. Gagal mendapatkan berita menarik akan jadi kekecewaan tersendiri. Atau bisa dikatakan kalah besar dengan wartawan lain yang mampu menaikkan berita mereka ke halaman koran.Keengganan untuk kalah tersebut, membuat wartawan, mungkin wartawan-wartawan lainnya berusaha keras mengolah berita agar mampu naik cetak. Saking butuh berpikir keras, di atas motor pun, saya berusaha untuk mencari angle-angle yang tepat.
Hingga saat ini, saya cukup beruntung, tidak mengalami kejadian aneh-aneh saat melakukan hal ini. Namun, saat ini, setelah mempunyai keluarga, saya kayaknya harus berpikir ulang akan kebiasaan ini. Saya mungkin masih boleh memikirkan berita, tapi jangan di atas motor.

“Ingat Keluarga di Rumah Menunggu Anda,” slogan polisi itu pun akhirnya melintas di benak saya.

No comments:

Post a Comment